Oleh : Drs. Mahmun Syarif Nasution, M.AP
Pendahuluan
Willem Iskander adalah sosok yang tak asing bagi masyarakat Mandailing,
Sumatera Utara. Sebagai seorang pendidik, penulis, dan tokoh intelektual,
Willem Iskander telah meninggalkan jejak yang sangat penting dalam sejarah
pendidikan di Indonesia, khususnya di wilayah Mandailing. Namanya mungkin tidak
sepopuler tokoh-tokoh nasional lainnya, tetapi kontribusinya dalam membangun
fondasi pendidikan bagi generasi muda tidak bisa diabaikan. Untuk kaum milenial
saat ini, memahami perjuangan dan visi Willem Iskander adalah langkah penting
dalam memaknai kemerdekaan dengan cara yang relevan dengan tantangan zaman.
Sumber : https://i1.wp.com/bukuonlinestore.com/wp-content/uploads/2016/08/willem-iskander.jpg?fit=620%2C413&ssl=1
Willem Iskander: Dari Mandailing untuk Indonesia
Willem Iskander, yang lahir dengan nama asli Sati Nasution pada tahun 1840
di Pidoli Lombang, Mandailing Natal, dikenal sebagai salah satu pelopor
pendidikan modern di Indonesia. Pada masa itu, pendidikan di Nusantara masih
sangat terbatas dan sebagian besar hanya tersedia untuk kalangan tertentu.
Namun, Willem Iskander memiliki visi yang jauh ke depan. Setelah menempuh
pendidikan di Belanda, ia kembali ke tanah air dengan tekad untuk memajukan
pendidikan bagi rakyat Mandailing.
Pada tahun 1862, ia mendirikan sekolah pertama di Tanah Mandailing, yaitu Kweekscool (Sekolah Guru) di Tano Bato. Sekolah ini tidak hanya mengajarkan
keterampilan dasar seperti membaca, menulis, dan berhitung, tetapi juga
memperkenalkan mata pelajaran seperti geografi, sejarah, dan ilmu alam. Willem
Iskander percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk membebaskan masyarakat
dari kebodohan dan kemiskinan. Ia juga menulis buku-buku pelajaran dalam bahasa Mandailing, yang menunjukkan kecintaannya pada budaya lokal dan
keinginannya untuk melestarikannya melalui pendidikan.
Menghubungkan Nilai Perjuangan dengan Generasi
Milenial
Bagi generasi milenial, memahami sejarah dan perjuangan Willem Iskander
bisa memberikan perspektif baru tentang makna kemerdekaan. Di era digital ini,
tantangan yang dihadapi oleh kaum muda memang berbeda dari masa lalu. Namun,
esensi perjuangan tetap sama: mencapai kemerdekaan, baik dalam bentuk kebebasan
berpikir, berinovasi, maupun berpendidikan.
Willem Iskander menunjukkan bahwa pendidikan adalah salah satu cara paling
efektif untuk mencapai kemerdekaan sejati. Dengan pendidikan, seseorang
memiliki kebebasan untuk bermimpi, untuk berpikir kritis, dan untuk membuat
perubahan dalam masyarakat. Generasi milenial, yang dikenal dengan kreativitas
dan inovasi mereka, dapat memetik pelajaran penting dari semangat Willem
Iskander dalam membangun masa depan melalui pendidikan.
Memaknai Kemerdekaan dalam Konteks Modern
Kemerdekaan bukan hanya tentang bebas dari penjajahan fisik, tetapi juga
tentang kebebasan untuk berkembang dan berkontribusi pada masyarakat. Kaum
milenial memiliki peluang besar untuk memanfaatkan kemerdekaan ini dalam
berbagai bidang, baik melalui teknologi, seni, wirausaha, maupun pendidikan.
Dalam konteks pendidikan, nilai-nilai yang diajarkan oleh Willem Iskander
tetap relevan. Kemerdekaan dalam berpikir dan berpendidikan adalah hak setiap
individu, dan dengan kemajuan teknologi saat ini, akses ke pendidikan semakin
terbuka lebar. Tantangan bagi generasi milenial adalah bagaimana memanfaatkan
kemerdekaan ini untuk mencapai potensi maksimal mereka dan berkontribusi pada
kemajuan bangsa.
Kesimpulan
Willem Iskander adalah contoh nyata dari seorang pejuang pendidikan yang
visinya melampaui zamannya. Bagi kaum milenial, mengenal dan memaknai
perjuangan Willem Iskander dapat memberikan inspirasi untuk terus berjuang
dalam memajukan diri dan masyarakat melalui pendidikan. Dalam memaknai
kemerdekaan, penting bagi generasi muda untuk tidak melupakan bahwa kemerdekaan
yang sesungguhnya adalah kemampuan untuk berpikir bebas, belajar, dan
memberikan dampak positif bagi orang lain. Warisan Willem Iskander mengingatkan
kita semua bahwa pendidikan adalah jalan menuju kemerdekaan yang sejati.
: